Nagari Garabak, Kabupaten Solok (1878)

Nagari Garabak mungkin boleh dibilang merupakan salah satu nagari pedalaman di Kabupaten Solok yang cukup awal dikenal oleh orang Eropa. Adalah anggota tim peneliti Centraal Sumatra Expeditie (1877-1878) dari Universiteit Leiden yang dipimpin A. L. van Hasselt, yang dibantu sepenuhnya oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, kelompok orang Eropa pertama yang mengunjungi nagari ini.

Dalam salah satu jilid laporan tim itu, Volksbeschrijving van Midden-Sumatra (1882) yang antara lain mendeskripsikan pertanian (landbouw), terdapat senarai nama-nama varietas padi yang ditanam penduduk di Nagari Garabak (720 meter di atas permukaan laut), yaitu Induak ayam, Kapencong, Karambia, Mato harimau, Tanjuang lolo, dll. Tim itu mencatat tak kurang dari 200 varietas padi yang ditanam penduduk di pedalaman Minangkabau.

Foto klasik pemandangan di Nagari Garabak yang dibuat oleh tim ekspedisi Centraal Sumatra. Foto ini dibuat oleh ahli fotografi tim itu yang bernama D. D. (Daniel David) Veth. “Kampong Grabak, Padangse Bovenlanden, Sumatra`s Westkust” (’Kampung Garabak, Padang Darat, Sumatra Barat’), demikian judul foto ini.

Aktifis penggerak nagari, Armen Zulkarnain, mengirimi saya laporan rinci tentang status Nagari Garabak ini di masa sekarang. Garabak adalah salah satu dari 3 jorong dalam Nagari Garabak Data. Dua jorong lainnya adalah Lubuak Tareh dan Data. Dengan demikian, tampaknya Garabak yang disebut dalap judul foto klasik ini tampaknya lebih merujuk kepada Nagari Garabak Data, bukan jorongnya (Garabak) saja.

Pendududuk Nagari Garabak -menurut perkiraan Armen berjumlah sekitar 2000-an jiwa- kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani ladang dan mancari hasil hutan. ‘Keunikan nagari-nagari di ranah Tigo Lurah adalah ayam kukuak balenggek yang merupakan spesies spesifik ranah minang’. (Armen Zulkarnain, email: 7-4-2013).

Ada 2 alternatif untuk menjangkau Nagarai Garabak Data yang relatif masih terisolir ini: 1) melalui Sirukam, lewat Solok-Alahan Panjang. Jarak antara Sirukam dengan Nagari Batu Bajanjang (pusat Kecamatan Tigo Lurah) sekitar 50 km bisa ditempuh dengan angkot desa dengan kondisi jalan yang belum begitu baik. Panorama yang terlihat di sepanjang jalan umumnya hanya rimba raya saja. Dari Batu Bajanjang manuju Garabak Data (lk.14 km) hanya ada jasa ojek dan kuda beban; 2) melalui nagari Talang Babungo di Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok yang berjarak 12 km dari Alahan Panjang. Perjalanan dari Talang Babungo ke Garabak Data (lk. 28 km) melewati rute yang lebih berat. Kalau jalan kaki bisa memakan waktu sekitar 7-8 jam, jika dengan ojek sekitar 3-4 jam dengan ongkos sekitar Rp. 300.000.

Menurut Armen Garabak Data adalah nagari yang terluas di Kab. Solok, yang langsung berbatasan dengan wilayah Silago di Kab. Dharmasraya, Lubuak Tarok di Kab. Sijunjuang, dan Pakan Rabaa di Kab. Solok Selatan. Armen mengatakan bahwa dari segi ragam budaya dan penyebaran panduduaknya, Darabak Data lebih dekat ke kelompok masyarakat Sijunjuang. Tambo-tambo setempat mencatat bahwa masyarakat di Ranah Tigo Lurah berasal dari wilayah Batu Manjulua, Buluah Kasok, dan Silago.

Tahun 1878 A.L. van Hasselt dkk. berhasil mencapai Nagari Garabak Data yang terisolir dengan susah payah, dibantu oleh banyak warga lokal. Sekarang, setelah 135 tahun berlalu, nagari itu tetap masih terisolir dan sulit dicapai. Pak Gubernur, Pak Bupati, alah merdeka awak ko atau alun? 



sumber:
Suryadi - Leiden, Belanda. (Sumber foto: Tropenmuseum, Amsterdam) | Singgalang, Minggu, 30 Juni 2013

0 Comments


EmoticonEmoticon