Jika sebelumnya saya pernah menyajikan kisah Terminal Lintas Andalas era 1970an. Pada hari ini saya mengajak anda untuk berkunjung ke
Terminal Bukittinggi pada era 1950an. Bisa Bloggers bayangkan, bagaimana
suasananya terminal ini pada era 1950an yang dipenuhi bis-bis beken
yang melayani rute Bukittinggi ke beberapa kota dan Provinsi di Pulau
Sumatra.
Menurut catatan Jawatan Sosial,
pada era 1950an di Propinsi Sumatra Tengah terdapat 70 buah perusahaan
oto bis 75 % di antaranya dimiliki oleh anak bangsa ini, sedangkan
sisanya dimiliki oleh pihak asing. Bahkan jawatan Sosial Sumatra Tengah
mencatat terdapat 32 trayek yang setiap kali dilewati bis-bis tersebut.
Perhubungan antara ibukota Propinsi, yakni Bukittinggi dengan kota-kota
dan tempat lain bisa dikatakan relatif baik pada musim kemarau. Jika
hujan tiba, beberapa trayek menuju Jambi ataupun Palembang terpaksa
tutup karena rusaknya jalan menuju kesana.
Tercatat pada tahun 1952, 360 buah oto bis dalam sehari hilir mudik
di terminal Bukittinggi, atau ½ jam sekali trayek Padang-Bukittinggi
dilayani oleh 8 perusahaan. Trayek Bukittinggi-Payakumbuh setiap 30
menit dilayani oleh 4 perusahaan oto bis. Mengenai 32 trayek yang
disebutkan di atas, pada akhir tahun 1952 memiliki frekunsi
keberangkatan sebesar 87 ½ % saat cuaca normal, dan 55 ½ persen pada
musim penghujan.
Berikut nama perusahaan oto bis yang melayani trayek
Bukittinggi-Padang: P.O APD, N.V NPM, N.V Himsar, TA. ME Agam, NV Atom,
Flora, dan Plastic. Sedangkan trayek Bukittinggi-Payakumbuh: PO Sago,
N.V Himsar, APD, dan P.O GON. (Sumber: Daftar Ketentuan Banyak Oto Trayek dan Frekuensi dari Tiap Jurusan di Sumatra Tengah Pada Akhir 1952).
0 Comments
EmoticonEmoticon